Rabu, 20 September 2017

PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI ANAK-ANAK


Dalam bukunya Ilustrasi Kebenaran Alkitab 2, Pdt.Paulus Daun, M.Div, Th.M, mengisahkan tentang penelitian yang diadakan terhadap kehidupan 2 orang wanita, yang seorang bernama Sarah Ewards dan seorang lainnya bernama Katryn Take. Keduanya hidup pada abad 18. 
Sarah Edwards adalah istri seorang pendeta yang memiliki 11 anak. Anak-anaknya dididik dengan adil dan penuh kasih sesuai ajaran Alkitab. Dikatakan adil dan penuh kasih karna Sarah menerapkan pendidikan dan disiplin terhadap aturan dalam keluarga, termasuk ajaran Alkitab serta memberi perhatian dan arahan terhadap 11 anaknya berlandaskan pada cinta kasih Tuhan. Ia dicatat memiliki 1400 keturunan. Yang luar biasa, keturunannya banyak diberkati kehidupan mereka. Ditemukan antara lain:
Rektor Universitas : 13 orang
Dekan Fakultas Hukum :  1 orang
Dekan Fakultas Kedokteran :  1 orang
Hakim Agung : 30 orang
Dosen : 65 orang
Sarjana Hukum : 100 orang
Dokter : 66 orang
Pejabat penting : 80 orang, diantaranya:
 Walikota :  3 orang
 DPR :  3 orang 
 Wapres :  1 orang
 Menkeu :  1 orang
 Pengawas :  3 orang

Wanita kedua Katryn Take, hidupnya kacau diwarnai berbagai skandal, dan kemudian berakhir karna keracunan minuman keras. Diteliti 700 keturunannya dan didapati:

     Narapidana : 46 orang
     WTS : 181 orang
     Pengemis : 142 orang
     Anak tidak sah : 100 orang

Keduanya sama-sama wanita, sama-sama ibu dari anak-anak, tapi keadaan keturunannya berbeda sekali. Di mana bedanya? Terletak pada pendidikannya.

Firman Allah menyatakan: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu. (Amsal 22:6).

Beda mendidik, hasilnya memang berbeda.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta akhlak yang mulia. Pendidikan biasa disebut juga edukasi. Pendidikan (edukasi, education) berasal dari kata bahasa Latin ex ducere (ex: keluar; ducere: menarik = menarik keluar) menjadi educare, educatio. Dengan demikian pendidikan (educatio, education, edukasi) dapat diartikan sebagai proses menarik keluar segala potensi yang ada dan dimiliki peserta didik oleh peserta didik sendiri dengan bantuan pendidik.
Proses menarik keluar inilah yang perlu digarisbawahi sebagai proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Bahwa manusia sebagai subjek pendidikan, dan dengan demikian anak sebagai manusia, pada dasarnya memiliki potensi (kemampuan) luar biasa melampaui yang ia pikirkan. Namun, potensi itu belum tergali; butuh proses untuk menggali dan menarik keluar (Pos Kupang, 20 September 2017).

Potensi anak sejak dilahirkan di dunia perlu dikeluarkan dan dituntun. Dalam perspektif sederhana, edukasi adalah upaya mengantar atau melepas anak keluar, yakni dari kebodohan, keterbelakangan, ketergantungan, ketertinggalan dan keterpurukan dengan memaksimalkan potensi yang ada pada diri mereka.
Kalau tidak dididik dengan baik, yang jelas anak-anak akan tetap bodoh, tertinggal, dan tetap begantung pada orang tua.
Kalau anak bodoh, hidupnya akan suram
Kalau tertinggal, anak sulit untuk bersosialisasi
Kalau terus bergantung pada orang tua, maka apa yang terjadi bila orang tua tidak ada lagi. Tidak baik kalau dari bayi hingga akil baliq orang tua masih harus menafkahi.
Hidup tidaklah mudah, apalagi di masa-masa sekarang. Kalau anak tidak dididik dengan baik, maka hari esoknya bisa kelam dan mencemaskan. Warisan yang terbaik dari orang tua kepada anak-anak adalah pendidikan yang baik dan terarah. Dengan bekal pendidikan yang baik, hidup dan masa depan anak dapat diharapkan yang terbaik. Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan, tetapi kita juga harus memperjuangkan yang terbaik bagi anak-anak, terutama bekal pendidikan.

Jika orang tua mewariskan harta semata, harta bisa berubah jadi pedang di antara anak-anak. Bila mewariskan pendidikan, anak-anak tidak bisa saling merampas, karna pendidikan tertanam dalam diri pribadi masing-masing anak.

Memang tidak gampang mendidik anak-anak. Tantangan dapat muncul dari orang tua sendiri, yang kadang-kadang terlalu menguasai anak-anak dan protektif terhadap anak-anak secara berlebihan, padahal pendidikan anak adalah soal mengentaskan mereka dari berbagai kungkungan ketakberdayaan.
Pujangga Libanon, Kahlil Gibran, mengumpamakan Tuhan sebagai pemanah, orang tua sebagai busur dan anak-anak sebagai anak panah. 
Kahlil Gibran bersanjak: 
“Anakmu sebenarnya bukan milikmu. 
Mereka adalah anak Sang Hidup, 
yang mendambakan hidup mereka sendiri. 
Mereka memang datang melalui kamu, tapi mereka bukan milikmu.
Engkau bisa memberikan kasih sayang, 
Tetapi engkau tidak bisa memberikan pendirianmu
Sebab mereka memiliki pendirian sendiri
…………………………………………………………………………………
Engkau adalah busur dari mana bagai anak panah,
Kehidupan anakmu melesat ke masa depan
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian
Dia merentangmu dengan kekuatannya,
Hingga anak panah itu melesat jauh serta cepat
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.

Mazmur 127:4 menyatakan: Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Ayat kitab suci ini tentu mempengaruhi dan menjadi inspirasi bagi Kahlil Gibran dalam sanjaknya, di mana anak-anak memang diumpamakan seperti anak panah. 
Semoga Tuhan memampukan setiap orangtua yang beriman pada Kristus, agar sebagai busur dapat melesatkan anak panahnya menuju sasaran bidikan yang tepat

Dengan kekuatan Firman Tuhan, kuasa Roh kudus dan doa-doa yang membekali hidup anak-anak, tentu mata orangtua akan menyaksikan, bagaimana Tuhan menggenapkan janji-janji manisNya dalam kehidupan anak-anak mereka.
Mazmur 112:1-2 : Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. 


Amin.

Salam kasih,

P.A. Elliek

Senin, 18 September 2017

Karunia Kerendahan hati


Seorang penulis Amerika Bill Gothard mengatakan setiap pagi ia membiasakan diri merendahkan dirinya dalam doa kepada Tuhan. Dalam doa ia mengakui kelemahan dan ketidaklayakannya. Bill Gothard mengatakan, "Bila Saya tidak merendahkan diri maka akan ada orang yang dengan senang hati akan merendahkan saya ". Daripada direndahkan lebih baik kita merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Pelajaran yang sukar adalah tentang bagaimana hidup dengan rendah hati. Di antara semua karunia, karendahan hati adalah karunia yang paling istimewa. Tuhan selalu memberkati orang yang paling rendah hati.

Tuhan meminta kita belajar padaNya, tapi Tuhan tidak bilang: “Aku ini intelektual paling top, Aku melakukan mujizat yang luar biasa. Aku menunjukakan kuasa hebat dalam ribuan bentuk.” Tuhan tidak menonjolkan diri secara berlebihan. Yang terjadi adalah seperti kata Firman , Yesus mengatakan bahwa Ia: “…lemah lembut dan rendah hati…” (Matius 11:29).

Ada 3 tokoh yang menonjol dalam alkitab karna rendah hati, yakni: Yesus, Musa dan Stefanus. Wajah mereka bercahaya, kata alkitab. Bila ingin wajah anda bersinar, harus turun ke dalam lembah kerendahan hati, harus merendahkan diri di hadapan Allah.

Sangat sukar turun ke dalam lembah kerendahan hati, tapi kalau sudah sampai di sana, sangat subur, berhasil guna dan indah. Hampir semua orang yang tidak beriman pun kagum kepada orang yang lembut dan rendah hati.

Ada orang yang bertanya kepada tokoh gereja Agustinus tentang apa karunia iman yang terutama. Dia menjawab yang pertama: rendah hati. Kedua: rendah hati. Ketiga: rendah hati.

Puncak-puncak gunung yang tinggi dibasahi hujan, tetapi air hujan selalu membuat puncak gunung tandus, karna air itu akan mengalir ke tempat yang rendah, membawa humus dan menyuburkan lembah-lembah. Bila seseorang ditinggikan dan bermegah, sungai karunia mungkin mengalir didalamnya, tapi kemudian meninggalkannya dalam keadaan tandus dan tak menghasilkan buah. Sementara itu, sungai karunia membawa berkat kepada orang yang sudah merendahkan hati dalam karunia Allah.

Burung yang terbang membumbung tinggi, membangun sarang di tempat yang rendah. Cabang pohon yang dipenuhi buah, tangkainya merendah. Padi yang bernas, bulirnya merunduk. Demikian pula orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman, mereka adalah orang-orang yang paling rendah hati.

Banyak tokoh iman dalam alkitab menonjol karna mereka rendah hati. Yohanis Pembaptis, Raja Daud, Yusuf dan terutama Yesus. 

Bintang pagi memudar ketika matahari terbit. 
Kita harus bersedia menjadi kecil, supaya Yesus semakin besar dalam hidup kita. Kita harus bersedia menjadi orang yang rendah hati, yang egonya direndahkan, agar Tuhan ditinggikan dalam hidup kita. Orang yang memiliki ego besar susah meninggikan Tuhan dalam hidupnya, walau ia sering mengucapkan nama Tuhan.

Coba kita introspeksi diri. Apakah kita sudah hidup dengan rendah hati, atau terlambat merendahkan hati? Apakah selama ini kita berusaha memperoleh posisi besar dalam hidup dan mengecilkan Tuhan dan sesama? Apakah kita sering tersinggung dan diperlakukan tidak pantas?  Bila semua jawabannya ya, berarti kita belum memiliki sifat Kristus.

Selain sifat taat, karakter yang paling menonjol dari Yesus adalah sifat rendah hati. Ia taat karna Ia rendah hati. Ia adalah Tuhan, tapi rela merendahkan diri, menjadi sama dengan manusia, sebagai seorang hamba. Ia merendahkan diri dan taat sampai mati di atas kayu salib (Filipi 2:9).

KelahiranNya yang sederhana, penyerahanNya kepada orangtuaNya di dunia, keakrabanNya dengan orang sakit, miskin dan terbuang, kebergantunganNya kepada Bapa di sorga dan mau disiksa sampai akhirnya mati di salib, semua menonjolkan kerendahhatian Yesus.

AjaranNya juga penuh soal hidup rendah hati:
1. jika kalian ingin menjadi besar, jadilah seperti anak kecil, dan siapa yang ingin menjadi yang terbesar harus menjadi hamba dari semua. Ini bisa terjadi kalau orang mau rendah hati. Banyak orang menganggap diri tinggi dan lebih baik dari orang lain.
2. Pada kesempatan lain, Yesus membasuh kaki murid-muridNya. “Kamu menyebut Aku Tuhan, dan katamu itu tepat. Jika kami ingin menjadi besar dalam kerajaanku, jadilah pelayan dari semua.” Bersedia menjadi pelayan dari yang lain, itu tentu baru bisa terjadi bila orang mau rendah hati .

Sifat rendah hati perlu ditekankan, karna sikap rendah hati adalah suatu pengakuan, bahwa tanpa Tuhan kita bukan siapa-siapa, kita bukan apa-apa. Siapapun kita, kita hanyalah ranting dari sebuah pohon. Yesuslah pohon dan kita adalah ranting-rantingNya. Ranting yang mau dan bisa berbuah harus melekat pada pohon. Makanan mengalir dari dari pohon ke ranting. Kekuatan mengalir ke dalam hidup kita dari Yesus.
Kalau berbuah lebat, ranting tidak bisa bilang: “O, ini buah dari ranting”, tapi yang dikatakan adalah bahwa: “O, ini buah dari pohon.”
Kita bisa kuat, tapi kalau Tuhan tidak beri kesehatan, kita ini jadi apa?

Dengan hidup rendah hati, sudah pasti akan diberkati, apa pun posisi hidup kita.
Tentang sikap rendah hati, seseorang yang bernama Tomas dari Villanova berkata: “Kerendahan hati adalah ibu dari banyak hal utama. Dari kerendahan hati memancar ketaatan, takut akan Allah, hormat, kesabaran, kesederhanaan, lemah lembut dan damai. Sebab barangsiapa rendah hati, akan dengan mudah menjadi orang yang taat, takut menyakiti orang lain, memelihara hidup damai dengan semua orang, ramah kepada siapa saja, suka mengalah, tidak meremehkan atau menjengkelkan siapapun, tidak merasa terhina atas penghinaan yang ditimpakan kepadanya, Ia bahagia dan puas, dan dalam damai tenang.”

“Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” (Mazmur 25:9)

Tuhan memberkati kita senantiasa. Amin.


Selasa, 18 April 2017.

Salam kasih,

Paul A. Elliek

Di Lokasi Air Terjun Tunbes


Minggu, 17 September 2017

KISAH HEROIK SEORANG BIDES
(Dipublikasikan di Facebook Lensa Amfoang Utara tanggal, 25 Nopember 2014)
Yunam Liunesi, istri dari Dominggus Suana, warga RT 02 RK 01 Dusun 1 Desa Kolabe Kecamatan amfoang Utara mengandung anak yang kedua. Di saat memeriksakan diri ke Pustu Kolabe pada tanggal, 19 November 2014 ia dianjurkan oleh nakes untuk mengambil surat rujukan ke Kupang berkenaan dengan kondisi kehamilan yang dialaminya. Anjuran itu juga diberikan mengingat pada saat melahirkan bayi pertamanya dilalui ibu tersebut melalui proses bedah caesar di Surabaya.

Pada hari Sabtu pagi, 22 November 2014 tersiar berita bahwa ibu hamil tersebut sudah menderita sakit selama 2 hari karna kesulitan persalinan. Bertindak cepat, para nakes mempersiapkan rujukan bagi Yunam untuk segera diberangkatkan ke kupang pada kesempatan pertama. Namun apa daya, biaya truk yang diminta sangat mahal, yakni Rp.4 juta. Di saat-saat kritis itu ternyata ada kendaraan alternatif yang dapat dimanfaatkan yakni perahu fiber milik Arkilaus Banani yang bersedia mengantar pasien dengan biaya yang relatif murah yakni Rp.1,5 juta. Maka disepakatilah untuk menggunakan perahu itu demi menyelamatkan pasien dan bayi yang dikandungnya. 

Setelah memperlengkapi perahu dengan tenda terpal, memanjatkan doa bersama di bibir pantai, bertolaklah rombongan bides dan pasiennya menuju Kupang. Nakes yang mendampingi adalah Magdalena Guterres, yang biasa disapa akrab Madha. Sebenarnya bides Madha bertugas di desa lain yakni Afoan yang jaraknya sekitar 6 km dari Kolabe, tetapi karna kekurangan tenaga medis maka sang bides rela mengantar pasiennya. Anaknya yang masih menyusupun dititip pada saudaranya demi keselamatan pasien. Penanganan cepat diperlukan mengingat dalam tahun 2014 sudah terdapat 6 kematian bayi di Amfoang Utara, jauh lebih tinggi dari tahun 2013 yang hanya 1 orang.

Ukurannya yang tak seberapa besar membuat perahu menjadi penuh dengan 8 orang penumpang, yakni bides Madha, bumil Yunam, suami & anak pertamanya, ditambah nahkoda dan 3 ABK. Cuaca nampak cerah ketika mereka meninggalkan pantai Kolabe yang sunyi sekitar jam 12 siang. Perahu masih sempat menyinggahi Naikliu untuk membeli BBM sebanyak 70 liter lalu perjalanan dilanjutkan menuju Kupang.

Saat pelayaran mencapai pesisir pantai Manubelon di sekitar jam 3 petang, entah bagaimana cuaca mendadak berubah drastis. Langit menjadi gelap, hujan mengguyur deras disertai angin yang kencang bertiup. Laut bergemuruh dan perahu mereka pun diamuk badai. Lidah ombak dan gelombang bagai hendak menelan apa yang ada di atasnya. Para penumpang menjadi panik dan mereka dilanda ketakutan yang sangat. Bumil Yunam mendekap erat-erat putri sulungnya yang bersembunyi dalam pelukannya. Perahu mereka oleng kesana kemari dan hempasan air masuk menerpa sekujur tubuh mereka. Wajah mereka pucat pasi menghadapi keadaan yang sungguh di luar dugaan. Mereka bagai terseret ke pusaran kekelaman yang mengerikan.

Sang nahkoda terengah tetapi ia berusaha tetap tenang mengendalikan arah perahunya. Pengalaman melaut yang cukup dimilikinya membuatnya cermat menyiasati gelombang. Tantangan yang dialami makin menjadi-jadi ketika mesin perahu ngadat manakala mereka berhasil menyusuri pesisir Poto. Ternyata persediaan BBM yang tadi dibeli di Naikliu habis. Perahu segera hanyut terbawa arus. Nahkoda dan awak perahu tidak dapat berbuat banyak dengan mesin yang mati itu. 

Tapi Tuhan seakan mengirim seorang penolong. Pada saat yang gawat, muncul seorang nelayan dengan perahunya pulang berlayar dari Pulau Batek menuju ke Kupang. Setelah saling memberi isarat, perahu fiber yang macet dengan 8 orang penumpangnya ditarik oleh sang nelayan yang tak dikenal itu menuju ke Pulau kera.
Dengan sinyal yang masih tertangkap telpon selularnya, bides Madha menghubungi pimpinan Puskesmasnya memohon pertolongan. Sang pimpinan menganjurkan agar pasien diupayakan terus untuk dibawa ke RSUD Kupang. Sambil memberi tanda darurat, seseorang harus segera diutus pergi mencari bantuan.
Meski kesal dengan respon pimpinannya, bides Madha tetap merawat pasien, memeriksa kondisinya dan melakukan tensi sedapat mungkin. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang lalu dihubungi bides Madha untuk pertolongan darurat. Meski dikecam oleh Kadis Kesehatan karna terlalu mengambil resiko, bides Madha menjelaskan urgensi tindakan yang diambilnya untuk menyelamatkan pasien. Jika langkah itu tidak ditempuh, pasti pasien akan menjadi korban. Banyak pengalaman masa lalu yang telah terjadi di tempat tugasnya di mana bumil dan atau bayinya menjadi korban karna faktor tanggap rawat darurat yang diabaikan oleh pihak pasien sendiri maupun keluarganya.

Akhirnya permintaan bides Madha untuk menyeberangkan perahu pasiennya ke Sulamu dikabulkan dan perahu mereka ditarik lagi oleh nelayan tak dikenal tadi ke pantai Sulamu. Mereka tiba jam 8 malam di sana dan disambut oleh rekan-rekan tenaga medis dari Puskesmas Sulamu. Setelah berembug beberapa saat, pasien lalu dievakuasi ke Kupang melalui jalan darat walau memakan waktu agak lama. Bila pelayaran laut dilanjutkan, dikhawatirkan bumil Yunam akan menjadi stress dimana hal itu akan berpengaruh juga pada bayi yang dikandungnya.
Mereka tiba RSUD WZ Yohanes pada jam 11 malam. Pasien diserahkan untuk dirawat lebih lanjut secara intensif. Keesokan harinya, Minggu, 23 November 2014 jam 6 pagi, bumil Yunam mendapat bedah caesar dan melahirkan dengan selamat seorang bayi perempuan cantik seberat 2, 70 kg. Bides Madha segera kembali ke tempat tugasnya sehari kemudian setelah melakukan tindakan heroik menyelamatkan pasiennya.
Kita patut berterima kasih atas pengabdian mulia yang telah ditunjukkan oleh seorang bides seperti itu. Masyarakat membutuhkan orang-orang yang berdedikasi tinggi dalam tugas pelayanannya. Kasih dan penghargaan patut diberikan untuk bides yang rela mempertaruhkan hidupnya sendiri untuk menolong masyarakat sederhana yang berada jauh di pelosok-pelosok negeri.
 — bersama Markues Riberto dan Gita Nuna Naijes.
tagTandai FotopinTambahkan LokasipencilSunting
Suka
KomentariBagikan
21Mhada Q-ng, Vebby Damia Suni'uf, dan 19 lainnya
33 Kali Dibagikan
22 Komentar
Komentar
Lihat 16 komentar lain

Paul A. Elliek
(Kisah ini diekspos oleh Harian Timor Express edisi Jumat, 28 Nopember 2014) 

Mhada Q-ng Amin..amin..smga mjd 1 smgat bwt kita smua yg melyani masyrkt. Krn kita tdk tau ap yg akn t'jdi nantix.tp sy sgat senang dgn krja mulia ini...wlpun takt sebnarx membwa pasien lwat laut tp krn ingn menyelmatkn 2 nyawa ini maka dgn senang hati n kuat u/ membwanya walaupun hampir menewaskan kmi smua d tengah laut..
25 November 2014 pukul 21:53 • 
Suka
 • 
1

Kelola

Agudel Lenawila Mksh Bidan,,,, moga Tuhan blz Bidan pung Upaya yg begitu luar biasa
25 November 2014 pukul 21:56 • 
Suka
 • 
1

Kelola

Mhada Q-ng Amin..amin..amin
25 November 2014 pukul 22:16 • 
Suka
 • 
1

Kelola

Bung Agy De Marya Aminn...Puji Tuhan.
Di berkati Tuhan dlm Tugas dan tanggung jwabnya..
25 November 2014 pukul 22:37 • 
Suka
 • 
1

Kelola




MeLda Aswelko Nailius Saluttt.
26 November 2014 pukul 0:35 • 
Suka
 • 
1

Kelola

Paulus Penu Sarai Luar biasa. . kebaikan dan jasa mu untuk menyelematkan kehidupan nyawa pasien beserta bayi dlm kandungan.Setiap pengorbanan ibu Mada. .niscaya Tuhan memberikan berkat untuk mu dan keluarga.Dan trima kasih untuk lensa amfut yg tlh menggugah setiap pembaca di dunia maya. .

Sabtu, 16 September 2017

EKSOTIKA ELAN
Beranjak dari Kupang menuju utara Amfoang seratus mil lebih harus kita tempuh. Melintasi jalan berbatu, menerobos sungai-sungai, jejeran desa dan kampung tradisional, melewati semak hutan tropis juga jalanan berdebu. Sekujur tubuhmu tak bertahan bila tak terbiasa. 
Diantara sekian fenomena yang ditemui, kau akan terkesan bila merapat ke bentangan alam yang unik, sebuah kampung bernama Elan. 
Elan bak negeri dongeng. Terpencil ditengah rimba, jauh di atas ketinggian di bahagian barat daya gunung Timau, salah satu gunung tertinggi di Pulau Timor. 
Elan sungguh sukar dijangkau karna selalu diliputi kabut puncak gunung.   
Cahaya matahari hanya bias sinar dibalik ketebalan awan dan kabut. Alam begitu temaram. Margasatwa dan suku terasing hidup damai tapi kabut abadi menjadi tirai misteri. 
Ada jalan mendaki kesana berupa tangga batu yang dipahat entah oleh tangan siapa dan pada jaman apa. Sekilas seperti jalan para raja purba. 
Lintas jalan begitu sempit, hanya cukup untuk seorang pendaki. Di sebelah kira kanan hanya bayang jurang dalam yang menganga. Siap menelan setiap apapun yang terperosok. Kengerian yang mencekam direduksi bayang kabut. 
Tak banyak orang luar yang pernah 
kesana, kecuali orang-orang tertentu   
yang memahami rahasia eksotika Elan. Bahkan di masa lalu penjajah Belanda dan Jepang pun tak pernah menjejaki Elan. Sampai kini Elan menjadi kisah unik sebuah kampung di masa modern yang tetap terasing dan misteri...


Naikliu, 27 Oktober 2010

Paul A. Elliek

REMANG MALAM PANTAI NAIKLIU



Menyembul di kaki langit,
sinar bulan keperakan.
Margasatwa malam,
semilir angin laut dan derai ombak
bak alunan serunai.
Seperti lukisan maestro,
terhampar panorama.
Dan sinar bulan keperakan itu,
membuatmu begitu merindukan
masa keemasan.... 


Naikliu, 28 Maret 2011

Paul A. Elliek

Angin laut melintas sabana. 

Membelai sejuk tubuh yang gerah. 

Di utara hamparan biru itu begitu teduh. 

Tiada lidah gelombang liar meliuk. 

Dan di kejauhan horizon memucat sejauh pandangan mata. 

Langit dan laut bersentuhan. 
Di ketinggian itu gumpalan awan menebal. 

Sebentar lagi hujan kan melimpah dan sungai-sungai pun meluap. 

Sungguh, hujan yang meremangkan udara membuatku selalu rindu pulang. 

Menghambur ke haribaanmu. 


Adakah kau menangkap isaratku?


Naikliu, 15 Oktober 2010

Paul A. Elliek

PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI ANAK-ANAK Dalam bukunya Ilustrasi Kebenaran Alkitab 2 , Pdt.Paulus Daun, M.Div, Th.M, mengisahkan tentang pene...